MAKALAH SUMBER BELAJAR INTRUKSIONAL

Sumber Belajar Intruksional




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang  
Setiap manusia memerlukan belajar untuk mengembangkan pengetahuan, bakat dan minatnya. Dalam pengembangan kemampuan tersebut, seseorang membutuhkan guru, bahan dan peralatan sebagai penunjang proses pembelajarannya yang dikenal sebagai sumber belajar.
Teknologi instruksional adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar-mengajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.

1.2.Rumusan Masalah

1.      Apa Pengertian Sumber Belajar Intruksional ?
2.      Apa Tujuan Sumber Belajar Intruksional ?
3.      Apa Pengertian Sistem Pengembangan Intruksional ?
4.      Apa Media Pembelajaran Intruksional ?

1.3.Tujuan

1.      Mengetahui pengertian sumber belajar intruksional.
2.      Mengetahui tujuan sumbel belajar intruksional.
3.      Mengetahui sistem pengembangan intuksional.
4.      Mengetahuimedia pembelajaran intuksional.
sumber belajar intruksional
makalah sumber belajar intruksional






BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Sumber Belajar Intruksional

Sumber belajar pada dasarnya merupakan komponen teknologi instruksional, yang disebut dengan istilah “Komponen Sistem Instruksional”. Teknologi instruksional adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar-mengajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.
Dalam teknologi instruksional, pemecahan masalah itu berupa komponen sistem instruksional yang telah disusun terlebih dahulu dalam proses desain atau pemilihan dan pemanfaatan, dan disatukan ke dalam sistem instruksional yang lengkap, untuk mewujudkan proses belajar yang terkontrol dan berarah tujuan, yang komponennya meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar.
Yang termasuk sumber belajar adalah berbagai informasi, data-data ilmu pengetahuan, gagasan-gagasan manusia, baik dalam bentuk bahan-bahan tercetak (misalnya buku, brosur, pamlet, majalah, dan lain-lain) maupun dalam bentuk non cetak (misalnya film, filmstrip, kaset, videocassette, dan lain-lain). Association Educational Communication and Technology (AECT)  menguraikan bahwa sumber belajar meliputi: pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Komponen-komponen sumber belajar yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar dapat dibedakan dengan dengan cara yaitu dilihat dari keberadaan sumber belajar yang direncanakan dan dimanfaatkan. Sumber belajar yang sengaja direncanakan yaitu semua sumber belajar yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sumber belajar karena dimanfaatkan yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasi, dan digunakan untuk keperluan belajar.
Wallington (1970) dalam bukunya Job in Intructional Media Study, menyatakan bahwa peran utama sumber belajar adalah membawa atau menyalurkan stimulus dan informasi kepada siswa. Dengan demikian maka untuk mempermudah klasifikasi sumber belajar itu kita dapat mengajukan pertanyaan seperti “apa, siapa, di mana, dan bagaimana”.


Klasifikasi lain sumber belajar sebagai berikut :
1. Pesan (message)
Informasi harus disalurkan oleh komponen lain berbentuk ide, fakta pengertian atau data. Contoh; bahan-bahan pelajaran, cerita rakyat, dongeng, nasihat dan sebagainya.
2. Manusia (people)
Orang yang menyimpan informasi atau menyalurkannya. Tidak termasuk yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar. Contoh; guru, aktor, siswa, pembicara, pemain. Tidak termasuk tim teknisi, tim kurikulum.
3. Bahan (materials)
Sesuatu, bisa disebut media/software yang mengandung pesan untuk disajikan melalui pemakaian alat. Contoh; film, slide, tape, buku, gambar, dan sebagainya.
4. Peralatan (device)
Sesuatu, bisa disebut media (hardware) yang menyalurkan pesan untuk disajikan yang ada di dalam software. Contoh; TV, kamera, papan tulis, dan sebagainya.
5. Teknik atau metode (technique)
Prosedur yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk menyampaikan pesan. Contoh; ceramah, diskusi, simulasi, belajar mandiri, dn sebagainya.
6. Lingkungan (setting)
Situasi sekitar dimana pesan disalurkan atau ditransmisikan. Contoh; ruangan kelas, studio, aula, dan sebagainya.   
Berdasarkan konsep-konsep di atas, sumber belajar pada dasarnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar (lingkungan).

2.2.Tujuan Sumber Belajar Intruksional


Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang bertujuan agar dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru. Dengan demikian maka tujuan sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Menurut segi pengembangannya, sumber belajar ada dua macam, yaitu;
a.       Learning Resources by design (sumber belajar yang dirancang  sengaja dipergunakan untuk keperluan pengajaran, atau setelah diadakan seleksi).
b.      Learning Resources by utilitarian (sumber belajar yang tidak dirancang untuk kepentingan tujuan belajar/pengajaran), yaitu segala macam sumber belajar (lingkungan) yang ada disekeliling sekolah dimanfaatkan guna memudahkan peserta didik yang sedang belajar. Sifatnya insidental/seketika. Misalnya tokoh, pahlawan, masjid, pasar dan sebagainya.

Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak ada artinya apa-apa.
Tempat, benda, orang, bahan, buku, peristiwa dan fakta tidak akan menjadi sumber belajar yang bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila tidak diorganisasi melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak,  maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak bermakna apa-apa.


2.3.Pengertian Sistem Pengembangan Intruksional

Teknologi instruksional adalah suatu proses yang kompleks dan terpadu meliputi manusia, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk menganalisa masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi dimana belajar itu bertujuan dan terkontrol (AECT, 1977).
Komponen sistem instruksional terdiri dari pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Tiap unsur tersebut merupakan sumber belajar bagi siswa. Komponen sistem instruksional atau sumber belajar tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Komponen sistem instruksional tersebut sudah dirancang sedemikian rupa oleh fungsi pengembangan instruksional sesuai dengan fungsinya dalam merancang, melaksanakan dan menilai. Unsur-unsur fungsi pengembangan instruksional tersebut adalah riset, teori, desain, produksi, evaluasi, seleksi, logistik, pemanfaatan dan penyebaran.
Fungsi pengembangan instruksional sebelumnya telah diarahkan dan dikoordinasikan oleh fungsi pengelolaan instruksional yang terdiri dari pengelolaan organisasi dan pengelolaan personalia. Fungsi pengelolaan instruksional bertujuan mengawasi salah satu atau lebih fungsi pengembangan atau fungsi pengelolaan lainnya untuk menjamin pengoperasian yang efektif.
Fungsi ini menolong Jurusan atau Departemen dan Staf tenaga pengajar secara individual di dalam membuat desain dan pemilihan options untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses belajar dan mengajar, hal ini meliputi :
a.       Perencanaan kurikulum;
b.      Identifikasi pilihan program instruksional;
c.       Seleksi peralatan dan bahan;
d.      Perkiraan biaya;
e.       Penataran tentang pengembangan sistem instruksional bagi staf pengajar;
f.       Perencanaan program;
g.      Prosedur evaluasi;
h.      Revisi program.
    

2.4.Media Pembelajaran Intruksional


Perkembangan media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi pendidikan. Berkembangnya paradigma atau kerangka berpikir dalam teknologi pendidikan mempengaruhi perkembangan media pembelajaran. Berikut uraian beberapa paradigma tersebut.
a. Dalam paradigma pertama, media pembelajaran sama dengan alat peraga audio visual yang dipakai oleh instruktur untuk melaksanakan tugasnya.
b. Dalam paradigma kedua, media dipandang sebagai sesuatu yang dikembangkan secara sistemik serta berpegang kepada kaidah komunikasi.
c. dalam paradigma ketiga, media dipandang sebagai bagian integral dalam sistem pembelajaran dan karena itu menghendaki adanya perubahan pada komponen-komponen lain dalam proses pembelajaran.
d. Dalam paradigma keempat, media pembelajaran lebih dipandang sebagai salah satu sumber yang dengan sengaja dan bertujuan dikembangkan dan atau dimannfaatkan untuk keperluan belajar (Susilana & Riyana, 2009).
       Kita sekarang berada dalam suatu era teknologi informasi yang ditandai dengan tersedianya informasi yang makin banyak dan bervariasi. Tersebarnya informasi yang semakin meluas dan seketika serta tersajinya informasi dalam berbagai bentuk dalam waktu yang singkat telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Dengan demikian, media dalam kegiatan pembelajaran, tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau  pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
         Secara umum peranan media instruksional dalam pencapaian tujuan pembelajaran antara lain :
a. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
b. membatasi keterbatasan ruang,waktu tenaga dan daya indera
c. menimbulkan gairah belajar ,interaksi lebih langsung antara siswa dengan sumber belajar
d. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual ,auditori dan kinestetiknya
e. memberi rangsangan yang sama ,mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
           
   Menurut Kemp and Dayton,1985.peranan media instruksianal dalam pemelajaran antara lain :
a. penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih tersandar
b. pembelajaran dapat lebih menarik
c. pembelajaran lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
d. waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
e. kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
g. proses pembelajaran dapat brlangsung kapanpun dan dimanapundiperlukan
h. sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
i. peran guru berubah kearah yang positif

Implementasi (Penggunaan) Sistem Instruksional
Penggunaan sistem instruksional dalam pembelajaran didalam kelas dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahap.
a.       Tahap awal
Tahap pembelajaran awal ini adalah langkah pertama sebelum materi pembelajaran berlangsung, yaitu memberikan pencerahan terhadap pola piker siswa tentang apa yang ingin diajarkan, diberikan bayangan sebelum memasuki tahap yang serius, tahap awal ini memiliki banyak teori dan metode yang bisa digunakan diantaranya adalah mengatur tatanan kelas yang nyaman dan epektif seperti group resume (resume kelompok) prosedurnya dibentuk seperti :
1.       Bagilah peserta kedalam beberapa kelompok, terdiri dari 3 sampai 6 anggota.
  1. Beritahukan kepada mereka bahwa kelas memiliki kesatuan bakat dan pengalaman yang sangat hebat.
  2. Memberikan motivasi kepada setiap kelompok agar aktif dan bervariasi dalam menela’ah materi.

Inti
Pada tahapan ini pengajar menguraikan materi yang diajarkan kepada siswa dengan menggunakan metode dan teknik yang nyaman dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga siswa tidak mudah jenuh dan tidak cepat merasa bosan seperti yang ada dalam bukunya Mel Silberman yang menawarkan metode aktif dan variable salah satunya adalah Listening Team (tim pendengar)
  • Buatlah kelas menjadi empat kelompok
  • Masimg-masing kelompok diberi tugas, kelompok pertama sebagai penanya, kelompok kedua sebagai orang yang setuju, kelompok yang ketiga sebagai orang yang tidak setuju, sedangkan yang terakhir sebagai pemberi contoh.
  • Sampaikan pelajaran yang didasarkan dengan pelajaran
  • Suruhlah tiap-tiap tim untuk bertanya, sepakat dan sebagainya.
c.       Tahap Akhir
Setelah materi diberikan kepada siswa dan waktu telah hamper habis untuk pembelajaran maka tahapan yang paling akhir ialah bagaimana siswa belajar agar tidak lupa tentunya dengan berbagai strategi yang bisa digunakan salah satunya adalah Reviewing Strategies (meninjau ulang).
Salah satu cara paling meyakinkan untuk menjadikan belajar tepat adalah menyertakan waktu untuk meninjau apa yang telah dipelajari. Materi yang telah ditinjau (review) oleh peserta didik mungkin disimpan lima kali lebih banyak dari materi yang tidak ditinjau. Hal itu karena peninjauan memudahkan peserta didik untuk mempertimbangkan informasi dan menemukan cara-cara untuk menyimpannya dalam otaknya.






BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Yang termasuk sumber belajar adalah berbagai informasi, data-data ilmu pengetahuan, gagasan-gagasan manusia, baik dalam bentuk bahan-bahan tercetak (misalnya buku, brosur, pamlet, majalah, dan lain-lain) maupun dalam bentuk non cetak (misalnya film, filmstrip, kaset, videocassette, dan lain-lain). Association Educational Communication and Technology (AECT)  menguraikan bahwa sumber belajar meliputi: pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Komponen-komponen sumber belajar yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar dapat dibedakan dengan dengan cara yaitu dilihat dari keberadaan sumber belajar yang direncanakan dan dimanfaatkan. Sumber belajar yang sengaja direncanakan yaitu semua sumber belajar yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sumber belajar karena dimanfaatkan yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasi, dan digunakan untuk keperluan belajar.

B. Saran
Saya sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu kritik dan saran yang sangat membangun sangat kami perlukan.








DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Related Posts:

PERILAKU ORGANISASI : Nilai, Sikap, Kepribadian dan Emosi

DEFINISI NILAI, SIKAP, KEPRIBADIAN dan EMOSI dalam teori prilaku organisasi 

  •   NILAI

Nilai merupakan apa yang diyakini seseorang terhadap sebuah pendapat. Nilai yang diyakini seseorang
nilai, emosi, kepribadian, sikap
Nilai, Sikap, Kepribadian dan Emosi
akan menghadapi pro dan kontra di lingkungan, baik dari keluarga, teman, rekan kerja, masyarakat, dll.
Nilai penting untuk mempelajari perilaku keorganisasian karena nilai meletakkan dasar untuk memahami sikap dan motivasi, serta karena nilai memengaruhi persepsi kita. Nilai memengaruhi sikap dan perilaku.
Sumber system nilai kita sebagian besar ditentukan secara genetic. Sisanya disebabkan oleh factor-faktor seperti budaya nasional, perintah orang tua guru, teman, dan pengaru lingkungan.
Perkampungan global baru mengatakan “para manejer harus mampu bekerja dengan orang dari budaya berbeda.” Karena nilai-nilai yang berbeda sepanjang budaya, sebuah pemahaman tentang perbedaan-perbedaan ini aka sangat membantu dan menjelaskan dan mermalakan perilaku karyawan dari negara-negara yag berbeda.
Nilai-nilai Antar Kebudayaan Kerangka Kerja Untuk menilai budaya. Salah satu yang paling banyak menjadi rujukan untuk menganalisis variasi diantara budaya telah dilakukan oleh weert  Hofstede. Dia mensurvei lebih dari 116.000 karayawan IBM di 40 Negara tentang nilai yang berhubungan dengan kerja mereka. Dia menemukan bahwa para manejer dan karyawan berbeda-beda berdasarkan lima dimensi niai budaya nasional. Nilai nilai tersebut sebagai berikut:
Ø  Jarak kekuasaan (power distance). Sampai tingkat manakah orang-orang di sebuah negara menerima bahwa kekuasaan dalam institusi dan organisasi itu didistribusikan secara tidak sama. Berkisar dari yang relatif sama (jara kekuasaan rendah) sampai ke sangat yang tidak sama (jarak kekuasaan tinggi).
Ø  Individualisme vesus Kolektivisme. Individualisme adalah sampai tingkat dimana orang-orang di sebuah negara lebih suka bertindak sebagai indiviidu dibandingkan sebagai anggota kelompok. Kolektivisme ekuivalen dengan individualisme yang rendah.
Ø  Kuantitas kehidupan versus kualitas kehidupan. Kuantitas kehidupan adalah sampai tingkat mana nilai-nilai sepertikeberanian, perolehan uang dan barang materi serta persaingan itu mendominasi. Kualitas kehidupan adalah sampaitingkat mana orang menghargai hubungan dan memperlihatkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain.
Ø  Penghindaran ketidakpastian. Sampai tingkat manakah orang dalam negara lebih menyukai situasi terstruktur bukannya tidak terstruktur. Di negara yang skornya tinggi dalam penghindaran ketidakpastian, orang mendapatkan suatu tungkat kecemasan yang meningkat, yang memanifestasiakb dirinya mealui sikap gugup, stres, dan agresivitas yang lebih besar
Ø  Orientasi jangka panjang lawan jangka pendek. Orang-orang yang hidup dalam kebudayaan dengan orientasi jangka panjang melihat ke masa depan dan menghargai penghematan dan ketekunan. Orang yang berorientasi jangka pendek menghargai masa lampau dan masa kini, dan meneankan pada tradisi dan pemenuhan kewajiban sosial.

  • SIKAP

Sikap merupakan respon/tindakan positif atau negatif terhadap seseorang, penyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai objek, orang, atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaiman seseorang merasakan sesuatu. Bila saya mengatakan “saya menyukai pekerjaan saya,” saya mengungkapkan sikap saya mengenai kerja. Sumber sikap sama seprti nilai, diporeleh dari orang tua, guru dan anggota kelompok rekan sekerja.
1.      Komponen sikap       :

  • Kognitif, Ilmu atau pemahaman yang kita kuasai secara teori. dapat juga diartikan sesuatu yang berkaitan dengan pikiran
  • Afektif, Mengaplikasikan teori yang kita miliki dalam kehidupan nyata, dapat berupa sikap positif maupun negatif.
  • Perilaku, Bagaimana kita berprilaku? Memilih untuk melakukan sesuatu yang lebih menguntungkan.


2.      Tiga sikap yang mempengaruhi pekerjaan:

  • Ø  Kepuasan kerja Istilah kepuasan keja merujuk pada sifat umum individu terhadap pekerjaannya.Seseorang dengan tingkat kepuasan tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu.
  • Keterlibatan kerja istilah keterlibatan kerja merupakan tingkat dimana seseorang mengaitkan dirinya ke pekerjaannya, secara aktif berpartisipasi didalamnya, dan mengganggap kinerjanya penting bagi nilai dirinya.
  • Komitmen pada organisasi Merupakan tingkat dimana karyawan mengaitkan dirinya ke organisasi tertentu dan sasaran-sasarannya, dan berharap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.


  •  KEPRIBADIAN

Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.

  •  EMOSI

Sebuah organisasi yang berjalan baik adalah organisasi yang berhasil meniadakan frustasi, takut, marah, benci, marah, gembira, dls. Emosi-emosi tersebut adalah antithesis dari rasionalitas. Beberapa emosi, terutama bila ditampilkan pada saat yang salah, dapat mengurangi kinerja karyawan. Namun realitasnya tetap saja bahwa karyawan membawa serta satu komponen emosi bersama mereka ke tempat kerjanya dan tidak ada studi yang komprehensif tanpa mempertimbangkan peran dari emosi ditempat kerja.
Berkaitan dengan emosi, ada 3 hal yang terjalin erat satu sama lain, yaitu pengaruh (affect), emosi, dan suasana hati (mood). Pengaruh meliputi kisaran luas perasaan yang dialami orang, merupakan satu konsep yang meliputi baik emosi maupun suasana hati. Akhirnya, suasana hati adalah perasaan yang cenderung menjadi kirang intens dibandingkan emosi, dan yang kekurangan stimulus kontekstual.
Emosi adalah reaksi terhadap suatu objek, bukan suatu sifat. Sedangkan suasana hati tidak dikaitkan dengan suatu objek. Emosi dapat berubah menjadi suasana hati bila kita kehilangan fokus pada objek yang kontekstual.
Berkaitan dengan perilaku organisasi, satu istilah yang terkait adalah tenaga kerja emosional, yang terjadi apabila karyawan mengekspresikan secara organisasional emosi yang diinginkannya selama transaksi antar pribadi. Dulunya konsep ini dikembangkan berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan jasa, namun dewasa ini konsep tersebut telah menjadi relevan dengan hampir setiap pekerjaan. Dalam tuntutannya, karyawan perlu membedakan antara emosi yang dirasakan dengan emosi yang ditunjukkan agar tidak terjadi dilema.
Emosi ada beberapa jenis berdasarkan :

  • Varietas : riset mengidentifikasikan enam emosi yang universal, yaitu kemarahan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, kejijikan, dan kejutan. Enam emosi ini dapat dikonseptualisasikan sebagai terus ada sepanjang satu kontinuum, dimana semakin dekat jarak dua emosi apapun pada kontinuum tersebut akan semakin membingungkan orang. Contohnya adalah kebahagiaan dan kejutan sering dikacaukan, sementara kebahagiaan dan kemuakan jarang sekali.
  • Intensitas : ekspresi yang berbeda dari intensitas emosi yang sama bisa disebabkan dari kepribadian ataupun tuntutan ditempat kerja. Ada orang yang terkendali, tidak pernah memperlihatkan rasa marah, namun ada pula yang sebaliknya. Tentu saja hal ini harus disesuaikan dengan pekerjaan. Presenter misalnya, harus menunjukkan intensitas emosi yang sesuai dengan acara yang dibawakannya.
  • Frekuensi dan durasi : frekuensi dan durasi yang diperlukan untuk tenaga kerja emosional juga harus disesuaikan dengan kemampuan frekuensi dan durasi yang dimiliki karyawan.
    DAFTAR PUSTAKA
    Rivai Veithzal. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Rajawali Pers. Bandung
    http://ebookpp.com/pe/pengertian-kepribadian-menurut-ahli-doc.html

Related Posts: